Tanggal 1 hingga 10 Bulan Muharam masyarakat Bengkulu menggelar drama kolosal sahidnya cucu Nabi Muhamad SAW yaitu Imam Al Husain.
Drama kolosal itu sudah berlangsung ratusan tahun, namun di era modern ini drama kolosal itupun semakin hilang dan tergerus zaman.
Perayaan featival Tabot merupakan upaya dari ulama di Bengkulu untuk menyebarkan agama Islam tanpa merusak tatanan sosial yang ada karena di zaman itu Bengkulu sudah ada beberapa aliran kepercayaan yang dianut masyarakatnya.
Dalam prosesi ritual tabot ada namanya prosesi ambik tanah. Dalam ajaran Islam menyebutkan manusia pertama diciptakan ALLAH SWT dari tanah, dan pada saat meninggal dunia manusia kembali ke tanah.
Sedangkan bentuk bangunan tabot juga merupakan gabungan berbagai budaya dan kepercayaan seperti agama hindu, dan ini dilihat dari bangunan tabut yang berundak dan ini merupakan bentuk toleransi umat beragama yang sudah ada sejak ratusan tahun silam.
Selain itu untuk menjaga keharmonisan, pada pelaksanaan tabot di adakan kesenian rakyat berupa telong telong dan ikan ikan.
Kesenian ikan ikan merupakan kesenian yang menggambarkan masyarakat nelayan diBengkulu dikarenakan Bengkulu terletak di pesisir samudera Hindia, sedangkan telong telong merupakan permainan etnis tionghua yang ada di Bengkulu.
Fungsi permainan rakyat ikan ikan dan telong telong pada perayaan tabot itu untuk mengingatkan masyarakat Bengkulu pergantian tahun islam sudah dekat. Biasanya di tandakan dengan keluatnya permainan ikan ikan dan telong telong.
Permainan rakyat ini akan berkeliling kepemukiman warga satu bulan menjelang bulan Muharam. Selain menghibur masyarakat menggunakan tarian ikan ikan dengan lagu unik khas cerita ikan ikan yang di bawa berkeliling.
Ukuran ikan ikan pun hanya satu setengah meter atau dua meter saja sehingga tidak terlalu berat ketika di gerakan untuk menari
Diera modern ini permainan ikan ikan maupun telong telong yang masuk ke permukiman warga hanya tinggal cerita, dan permainan rakyat ini hanya dijadikan bahan perlombaan satu malam saja di kegiatan festival Tabot.
Penulis
Heryandi Amin bin Amin Uddin( Cucu Senah Bdul)















