Pulau Enggano, sebuah perjalanan lintas waktu dari masa kemasa.
Pertama sekali menginjakan kaki dipulau terluar Rebuplik Indonesia itu pada tahn 2004 tepatnya 7 Juni 2024 pasca gempa besar yang menghancurkan sebagian besar bangunan di Bengkulu.
Naik kapal perinstis dengan perjalanan mencapai 13 jam dan mendarat di pelabuhan Malakoni sekitar pukul 07.00 wib, pelabuhan Malakoni kala itu hancur total dan kapal tidak bisa bersandar penumlang harus di lansir mengunakan kapal nelayan.
Daratan Enggno pun masih banyak hutan dan semak belukar dan bangunan rumah warga mayoritas di bangun menggunakan bangunan papan dan semi permanen.
Beberapa rumah ibadah yang dibuat permanen hancur luluh akibat gempa yang berpusat di pulau Enggano.
Pulau Enggano,18 September 2004, perjalan Dinas kepulau Enggano kedua itu ketika pelaksaan pemilihan presiden secara langsung putaran kedua, berangkat dari Bengkulu mengunakan kapal Ferry KPM Raja Enggano dengan perjalan sekita 13 jam melintasi samudera Hindia.
Ditahun 2004 pulau Enggno mengalami perubahan hutan dan semak belukar yang terdapat di belakang rumah warga mulai tidak terlihat dan berubah menjadi perkebunan melinjo dan sayur mayur.
Toko manisan pun tersebar setiap desa hingga kitabtidak kesulitan untuk membeli kebutuhan sehari hari.
Sedangkan untuk kebutuhan dapur sayur mayur ,cabe tomat warga menanam di pekarangan rumah mereka dan tamanan sayur itu juga ditemukan di kantor Polsek Enggano dan kantor Koramil pulau Enggano. Lauk untuk makan tidak menjadi persoalan karena ikan laut kelas eksport berlimpah di pulau ini. Ditahun 2004 kondisi jalan di pulau ini masih memprihatinkan dengan badan jalan masih berupa tanah merah dan sering terjadi longsor. Setta jembatan seadanya yang menghubungkan sisi sungai. Penerangan listri dipulau ini pada 2004 warga menggunakan jenset yang mulai beroperasi pada pukul 18.00 dan akan mati setelah pukul 22 .00 wib karena bbmnya habis. Sehingga malam hari Pulau Enggano gelap gulita yang di semarakan suara dengungan nyamuk nyamuk.
Enggano 2010, ditahun 2010 angin surga berhembus ke Pulau Enggano dengan program TNI Masuk Desa untuk membuka jalan dari desa Khayuapuh menuju Malakoni.
Pembuatan jalan berjalan lancar dan selesai sesuai jadwal dan jalan mulus semi permanen itu sempat dinikmati warga Enggano. Yapi tidak berlangsung Lama karena kondisi cuaca ekstrim membuat jalan TMMD kembali hancur.
Ditahun 2010 pengahasilan masyarakat di Pulau terluar ini mauoritas dari nelayan dan pertanian.
Seperti produksi ikan asin dan emping melinjo yang mebajdi sumber pemasukan warga dan kala itu Emping melunjo dan Ikan Asin dari Enggano sangat terkenal disebabkan ikan yang dikeringkan itu merupakan ikan segar hasil tangkapan nelayan yang langsung di olah menjadi ikan kering.
15 tahun kembali datang ke pulau Enggano, 20 Juli 2025 perjalan ke pulau Enggano menggunakan kapal Ferry Pulo Tello dengan perjalan panjang yang melelahkan,selama 18 jam diatas kapal ditengah samudera.
Seharusnya waktu perjalanan tidak selama itu hanya saja alur pelabuhan yang masih dangkal yang menyebabkan kapal harus menunggu air pasang untuk bisa melewati pintu alur hingga kita terpaksa terombang ambing di atas kapal menunggu.
Menginjakan kaki di pulau Enggano rasa terkejut melihat perubahan yang luar biasa, seperti kita bisa beli air mineral dingin di warung ,yang selama ke Enggano beberapa kali sangat lah tidak mungkin.
Jalan utama dipulau Enggano pun sudah menjadi jalan mulus mirip jalan tol lintas Sumatera sari Desa Khayuapuh hingga desa Banjar Sari,tidak ada lagi tanah merah tidak ada lumpur.
Tidak itu saja di di beberapa Desa juga terlihat ada bangunan penginapan untuk pengunjung yang ber wisata ke surga dunia ini.
Fasilitas rumah makan juga tidak lagi sulit di temukan tidak seperti 25 tahun lalu ketika pertama menginjakan kaki ke pulau Enggano.
Enggano saat ini tidak lagi bergantung dengan penjualan Emping melinjo atau ikan kering. Bahkan untuk mencari ikan kering khas Enggano sedikit kesusahan dikarenakan nelayan Enggano sudah menjual ikan kualitas Eksport ke luar pulau dengan diawetkan menggunakan Es.
Selain itu hasil bumi du pulau enggano juga berlimpah seperti pisang yang timbuh subur di sepanjag daratan pulau.
Untuk beras masyarakat pulau Enggano mengelolah pertanian sawah ratusan hektar dan mampu mencukupi kebutuhan beras untuk pulau tersebut.
Sehingga lucu jika ada yang menyebutkan Enggano kelaparan ketika alur perlabuhan pulau Baai tersumbat.
Pulau Enggano tidak lagi kelam dan gersang,karena hampir semua fasilitas sudah ada, aliran Listrik menggunakan Tenaga diesel, saluran komunikasi bahkan jaringan Internet sudah tersedia, Enggano bukan lagi Pulau terluar yang di asumsi kan terpencil dan tertinggal.
Jalur transportasi di Enggano tidak hanya menggunakan jalur laut melainkan ada trasporasi udara yang melayani penerbangan ke Enggano.
Surga Ditengah Samudera,tidak salah jika julukan itu diberikan untuk Enggano,dengan potensi sumber daya alam yang indah ,spot mancing, Camping, untuk pecinta traveling apalagi matahari terbit dan matahari terbenam membuat suasana Enggano lebih indah.
Catatan perjalanan
Heryandi Amin Jurnalist Bengkulu.
(MataDewa09)