InfoBengkulen.com, – empat srikandi Bengkulu reami berkantor di senayan setelah Pengambilan sumpah jabatan Anggota DPR RI dan DPD DPD RI Beangsung Selasa, 1 Oktober 2024 diGedung Parlemen senayan.
Yang menarik pada pelantikan kemaren Derta Rohidin yang didampingi Suami Dr. H. Rohidin Mersyah saat pelantikan mengucapkan ribuan terimakasih yang tak terhingga kepada semua adik sanak, keluarga, dan para simpatisan serta masyarakat Provinsi Bengkulu yang telah memberikan kepercayaan kepada dirinya menjadi wakil rakyat di Senayan.
Dibalik pelantikan Derta Rohidin ini, ada kisah tokoh Rejang M. Soleh yang juga merupakan salah satu tokoh di Partai berlambang Beringin tersebut. Dimana pada pemilihan legislatif 2024, M Soleh sebagai petahana ditumbangkan oleh Derta Rohidin dengan perolehan 142.090 suara.
Menanggapi hal ini, Mirza Yasben angkat bicara. Dalam keterangannya ia menyampaikan bahwa kekalahan M. Soleh itu karena peran besar Rohidin Mersyah.
“Soleh itu ketua tim pemenangan Rohidin Mersyah berpasangan dengan Rosjonsyah 2020 lalu. Dan saya tahu bahwa beliau tidak hanya berkorban tenaga, pikiran dan waktu, tetapi juga materi dalam memenangkan pak Rohidin,” ungkapnya.
Mantan dosen UNIB ini juga menilai bahwa Rohidin Mersyah bisa dianggap sengaja mematikan karir M.Soleh di Golkar dengan mencalonkan isterinya Derta Rohidin dalam kontestasi Pileg 2024 lalu.
“Pak Soleh memang kalah dalam perolehan suara, tapi kekalahan itu bagi saya karena peran besar Rohidin menghadang langkah politik M. Soleh. Dan kita sangat kecewa ketika Rohidin menggerakkan seluruh mesin politiknya untuk mengalahkan M. Soleh. Bagi saya hal itu mengindikasikan kesengajaan untuk menenggelamkan karir pak Soleh,” ungkapnya.
Selain itu, bagi mantan dosen ilmu sosial dan politik ini, moralitas adalah barometer utama dalam etika kepemimpinan. Tanpa itu maka seorang pemimpin tidak akan paham makna budi pekerti yang luhur.
“Sebagai orang tua, saya berempati terhadap apa yang dialami M. Soleh. Maka dalam hidup, kita mesti mendahulukan adab baru kemudian ilmu,” jelasnya.
Mengutip falsafah Rejang, ‘Jibeak mbin pegong puwea cundung mai
kawuk’, Mirza mengatakan janganlah menganut sifat pohon puwar condong ke lembah.
“Maknanya kalau jadi pimpinan jangan melibatkan pihak keluarganya, tidak boleh memihak, tetapi harus
bersikap adil,” demikian Mirza.
M. Soleh bukan “pemain baru” dalam kancah politik Bengkulu. Dikenal sebagai seorang yang dermawan, ia mengawali karir sebagai pengusaha lalu mengabdi terjun ke politik.
Salah satu representasi masyarakat suku Rejang ini telah membuktikan ketangguhan elektoralnya hingga terpilih dua kali menjadi anggota DPD RI, bahkan sempat menduduki jabatan Ketua DPD RI. Ketua Ikal UNIB itu akhirnya terpilih menjadi anggota DPR RI dari Fraksi partai Golkar. (*)